Tidak sedikit villain dalam sebuah serial maupun film yang sama kerennya dengan hero. Meskipun keji, terkadang cerita yang melatarbelakangi dari kehidupan mereka mampu saat membuat penonton luluh, contohnya Akaza dari serial Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba. Muncul di dalam layar lebar dan musim kedua, Akaza merupakan salah satu sosok yang penuh tanda tanya, apalagi pasca ia membunuh salah satu pilar terkuat, yakni Kyojuro Rengoku. Ketika jenuh melanda menonton anime merupakan hiburan yang menarik dan dapat dengan mudah untuk dinikmati.
So, pasti di antara kamu ada yang belum dapat mengetahui terkait fakta detail tentang Iblis Bulan Atas 3 ini, kan? Oleh sebab itu, penulis telah merangkum tiga fakta menarik mengenai Akaza yang bersumber dari manga. Simak bareng-bareng di bawah, yuk!
Semua villain yang berada di dalam semesta Demon Slayer merupakan seorang manusia yang diubah menjadi iblis oleh Muzan Kibutsuji, begitu pula dengan Akaza. Sebelum dapat bertransformasi menjadi iblis, Akaza diketahui merupakan seorang manusia biasa yang tinggal bersama dengan ayahnya.

Meski lebih dikenal dengan nama Akaza atas identitasnya, iblis dengan memiliki ciri khas rambut berwarna merah muda ini juga mempunyai nama lain sebagai identitas sejatinya. Nama tersebut merupakan Hakuji Soyama yang telah Akaza miliki sejak ia lahir.
Beda nama, beda juga karakteristiknya. Lain hal dengan Akaza, meskipun suka untuk mencuri, Hakuji digambarkan layaknya sosok yang penyayang dengan hati yang lembut.
Seperti yang sudah kita ketahui, Akaza memiliki kemampuan dalam bertarung yang hebat. Oleh sebab itu, ia mampu untuk dinobatkan sebagai Iblis Bulan Atas 3 oleh Muzan.

Gak heran, bahwa dalam Demon Slayer: Mugen Train, Akaza mampu dalam menyaingi gaya bertarung dari Kyojuro yang terbilang masuk dalam pilar terkuat yang ada pada pasukan pembasmi iblis. Meskipun kuat secara fisik, sama dengan iblis lainnya, Akaza juga tidak dapat hidup di bawah sinar matahari sebab dapat membakar tubuhnya.
Hidup serbakekurangan bersama dengan ayah yang tengah mengidap penyakit keras dan tanpa seorang ibu tidak lantas membuat Akaza dapat menyerah pada kehidupan. Di tengah kesulitannya, Akaza senantiasa dalam merawat sang ayah dengan ikhlas.

Saat itu, Akaza masih remaja, tapi ia sudah merasa mempunyai tanggung jawab dalam menghidupi dirinya dan sang ayah. Keadaan yang serbakekurangan memaksa Akaza untuk bisa menjadi seorang pencuri. Ia sering kali tertangkap basah hingga dihakimi oleh orang sekitar tempat tinggalnya. Meski begitu, Akaza tidak pernah merasa jera.
Sampai napas terakhir ayahnya, Akaza tetap setia dalam memberikan bakti hingga kasih sayang pada satu-satunya orang yang ia miliki di dalam hidupnya tersebut. Cintanya yang kuat itulah di mana dapat membuat Akaza menyalahkan diri sendiri dan orang lain atas kematian ayahnya. Ketika jenuh melanda menonton anime merupakan hiburan yang menarik dan dapat dengan mudah untuk dinikmati.